Senin, 24 Januari 2011

Hubungan Antara Keteladanan Orang Tua dengan Ketaatan Beribadah Anak

Lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Sebagai pusat pendidikan pertama dan utama, keluarga merupakan poros penentu dalam membentuk pribadi seorang anak menjadi muslim yang taat beribadah serta perkembangan berfikirnya dalam mempersiapkan anak bagi perannya di masa depan.
Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan dating. Keluargalah yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik perilaku, budi pekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari.  Dengan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga, maka anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula, karena tujuan pendidikan yang dilaksanakan di dalam rumah tangga (keluarga) adalah untuk membina, membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci.
Pendidikan anak di dalam keluarga secara umum berlangsung secara alamiah. Proses pendidikan yang diterima oleh seorang anak memiliki pengaruh dan akibat yang besar, terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan mereka.
Pada usia tahun-tahun pertama tersebut, pertumbuhan kecerdasan anak masih terkait dengan panca indera dan daya pikirnya masih dalam tingkat abstraksi terbatas.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat bahwa “Pendidikan, pembinaan iman dan taqwa anak belum dapat menggunakan kata-kata (verbal), akan tetapi diperlukan contoh yang secara langsung sebagai teladan, pembiasaan dan latihan yang terlaksana di dalam keluarga sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak yang berlangsung secara alamiah.[1]
Betapa pentingnya pendidikan agama  dalam lingkungan keluarga, karena bagi seorang anak ketika ia dilahirkan ke dunia, lingkungan sekitarnyalah yang akan menentukan masa depannya.  Pembinaan-pembinaan terpenting yang menjadi tanggung jawab orang tua, bagi anaknya menjadi dasar atas masa depan kehidupannya. Seperti pembinaan akhlak, tauhid, ibadah, keagamaan dan kepribadian sosial.
Pembinaan ketaatan beribadah pada anak juga dimulai dari dalam keluarga.  Anak yang masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih disenangi dan menarik baginya adalah yang mengandung gerak, karena pengertian agama belum dapat dipahaminya.  Anak-anak suka melakukan shalat, meniru orang tuanya, kendatipun dia tidak mengerti apa yang ia lakukan.
Pada diri setiap anak terdapat suatu dorongan dan daya untuk meniru, dengan dorongan ini anak dapat melakukan sesuatu yang telah dilakukan orang tuanya.  Masa ini juga merupakan masa sensitif bagi anak, sebab apa yang dilihat dan didengarnya akan selalu ditiru tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya.  Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua, karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian hari.
Dengan demikian, faktor identifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting, sehingga mereka menjadi terbina, terdidik dan belajar dari pengalaman langsung.  Hal ini pula yang nantinya akan berpengaruh lebih besar daripada informasi atau pengajaran lewat instruksi dan petunjuk yang disampaikan dengan kata-kata.
Dalam lingkungan keluarga, pendidikan yang berlangsung di dalamnya adalah pendidikan informal, dengan orang tua berperan sebagai pendidik.  Orang tua adalah pendidik kodrati.[2]  Mereka adalah pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Allah SWT berupa naluri orang tua.  Kasih sayang dan perhatian keluarga, khususnya orang tua, akan meninggalkan bekas yang positif dalam perkembangan jiwa anak.  Untuk itu sudah sepantasnya orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak.
Adapun prakteknya memberikan keteladanan dilaksanakan dalam dua cara.  Hal ini senanda dengan apa yang diutarakan oleh Asnelly Ilyas bahwa, “dalam praktek pendidikan dan pengajaran, metode keteladanan dilaksanakan dengan dua cara, yaitu secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect).[3]
Di samping itu, orang tua juga berperan sebagai Pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan usnur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak dalam masa pertumbuhan itu.
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Charles Schaefer yang mengemukakan bahwa, “pengetahuan anak mengenai sikap yang benar dan diterima orang lain sebagian besar diperoleh dengan menyerap dan menirukan sikap orang tua.  Oleh karena itu, hal tersebut perlu disadari dan diperhatikan orang tua agar dapat memberikan teladan yang baik dan benar”.[4]
Orang tua memang memegang peranan yang penting dalam hal mencukupi pendidikan agama pada anaknya, mereka dituntut untuk mengetahui tentang ilmu agama/ajaran-ajaran agama.  Selain itu, orang tua juga harus memberikan perhatian khusus terhadap anak, agar mereka mau melaksanakan ibadah dengan rasa ringan (tanpa beban) sekaligus menjiwai dan menerapkannya dalam berbagai bidang kehidupan.  Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan jalan member contoh praktek-praktek ibadah kepada anaknya.  Praktek ibadah yang terlihat secara nyata di dalam lingkungan keluarga akan memberikan dampak yang positif bagi anak.
Lingkungan keluarga juga merupakan tempat/sarana pembinaan kepribadian anak yang mendasar dan memiliki waktu yang lebih luas daripada sekolah, sehingga apapun yang dibutuhkan telah diberikan sejak kecil oleh orang tua dan lingkungannya hingga dewasa nanti.
Senada dengan hal itu, Zakiah Daradjat menyatakan bahwa, “Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecil dulu.  Seseorang yang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya”.[5]
Secara moral kedua orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi dan melindungi serta membimbing keturunan mereka.  Sebab, menurut ajaran Islam anak adalah amanat Allah SWT, amanat wajib dipertanggungjawabkan dan tanggung jawab itu diantaranya adalah menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dalam keluarga.
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR ÇÏÈ…..

 
Allah SWT memerintahkan agar setiap orang tua menjaga keluarganya dari siksa api neraka, sebagaimana firmanNya :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka …” (QS. At Tahrim [66]: 6)
Orang tua yang saleh, yang menjalankan ajaran-ajaran agama akan membawa dampak positif bagi anak dalam mengamalkan ajaran agama tersebut.  Karena anak adalah peniru yang baik dan ia akan melakukan sesuai dengan apa yang ia lihat dan apa yang dilakukan oleh orang tuanya.  Hal ini ditegaskan oleh M. Nur Abdul Hafizh bahwa, “Anak akan selalu melihat apa yang tengah dilakukan kedua orang tuanya dan secara perlahan mulai meniru dan berlaku seperti mereka. Hingga jika mereka mendapatkan kedua orang tuanya berlaku jujur, maka hal itu akan membentuk mereka menjadi orang yang jujur pula. Demikian pula sebaliknya”.[6]
Selain contoh atau perbuatan yang dilakukan orang tua ditiru oleh anak-anaknya, hendaknya orang tua dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya untuk melaksanakan ibadah tersebut dengan khusu’ dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ketika mereka memasuki usia remaja yang rentan dengan masalah-masalah kejiwaan, seorang anak akan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.


[1] Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhama, 1995), Cet. Ke-2, h. 56

[2] Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001) Cet. ke-5, h. 215

[3] Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Sholeh, (Bandung: Al-Bayan, 1996), Cet. ke-3, h. 39-40
[4] Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, (Semarang: Dahara Prize, 1994), Cet. ke-5, h. 16
[5] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), Cet. ke-13, h. 35
[6] M. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), Cet. ke-1, h. 291)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOAL PAT IPS KELAS 9

PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN 201 9 -20 20   Mata    Pelajaran                  : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas/Seme...